Doc. Pribadi |
Aku ingat saat pertama bertanya di SD kelas tiga. Pertanyaannya sangat sederhana, bahkan cenderung receh,
"Kenapa saat satu baskom nasi dipindah ke piring jadi menggunung, sedangkan jika air yang dipindah begitu malah tumpah?"
Jawaban guru itu sangat membekas sampai saat ini, "Masa gitu aja ga tau?" Lalu tertawa dan diikuti tawa teman-teman di kelas.
Reaksiku saat itu? BINGUNG. Bertanya-tanya kenapa mereka tertawa? Apa pertanyaannya salah? Atau aku yang salah karena bertanya?
Guru itu tak pernah memberi jawaban, sampe aku menemukan jawabannya saat kelas lima di Bab Benda Padat, cair dan gas.
Saat SMP pun, hampir serupa setiap bertanya "Kenapa seperti ini?" jawabannya kurang lebih "Ya dari sononya emang begitu,"
atau nanya ke senior "Kenapa harus begini?" jawabannya seakan nyari aman, "Soalnya kata Bu ini, kata Pak ini begitu,"
Bahkan pernah bertemu dengan guru yang kalau ditanya akan bilang, "banyak bertanya itu watak bani israel!"
Padahal yang ditanyakan sebenernya hal yang umum, tapi beliau memilih untuk membungkam.
Karena selalu mendapat jawaban yang tidak memuaskan, minat bertanya saat sekolah dulu hampir terkubur begitu saja. Meski rasa penasaran itu ada, lebih memilih untuk pasif karena KHAWATIR mengalami hal seperti yang sudah-sudah.
Tapi, di SMA ada beberapa guru yang mendorong untuk aktif bertanya. Di antara beliau bahkan mengijinkan untuk bertanya diluar topik pelajaran. Membuat pertanyaan bukan hal yang mudah jika sudah bertahun-tahun pasif, bahkan misal tinggal ngucapin aja, bayangan reaksi tawa anak-anak kelas membuat pesimis.
Di jaman kuliah, barulah banyak bertemu dengan orang-orang yang terbuka, yang jika ditanya "Kenapa?" maka dia punya jawaban logis, ilmiah bahkan sesuai dalil bukan sekedar 'Katanya'.
Orang-orang yang jika mereka tidak tau jawabannya, akan merekomendasikan referensi bacaan yang relevan, bukan mendoktrin sembarangan atau menganggap terlalu 'wartawan'.
Karena itulah aku ingin anakku tumbuh dengan bebas menanyakan pertanyaan apapun, Emaknya ini akan slalu mencari jawaban yang sesuai dalil jika perihal syariat, yang ilmiah jika terkait pengetahuan dan jawaban logis jika terkait logika. Atau merekomendasikan referensi yang relevan jika sudah diluar kapasitas emaknya ini.
Dengan begitu harapannya agar sama-sama terus belajar tanpa henti, tanpa membungkam keingintahuannya.
Komentar
Posting Komentar