![]() |
| Doc. Pribadi |
Disini aku bekerja dengan syarat kejujuran, tapi konsep kejujuran versi boss berbeda dengan versiku.
Singkatnya, Aku bekerja disebuah cyber cafe, pekerjaanku ini mengharuskanku membuat laporan setiap harinya, beserta dengan aturan-aturan tertentu. Misalnya, laporan komputer Rp 12.000, maka dilaporanku Rp 9000, kulakukan sebagaimana aturan yang ada. Aku bekerja sepenuh hati, karena kupikir pekerjaan ini "normal" sebagaimana mestinya. Tapi aku salah besar.
Bermula dari suatu malam tanpa sebab jelas, Boss itu marah besar, ia mengklaim salahku karena tidak melaporkan kekacauan teknis yang terjadi. Aku tidak melaporkan karena sebuah kejadian sebelumnya, dan berlanjut kehari-hari berikutnya.
Endingnya, laporan keuangan juga diklaim seringkali kurang. Ku jelaskan sebisaku tapi jawabanku tak pernah diperhitungkan. Saat yang paling menyesakkan adalah aku di"curigai" sebagai pencuri hilangnya uang-uang tersebut.
Yang membuatku tidak habis pikir adalah, ternyata perhitungan keuangan yang ia periksa adalah perhitungan komputer, singkatnya uang Rp 12.000 versi komputer, yang masuknya hanya Rp 9000 pada laporanku, dianggap hilang Rp 3000. Bayangkan jika banyak yang mengambil paket Rp 12.000 tersebut, banyak juga jumlah yang aku "curi". Ditambah lagi ia mengklaim punya indra keenam sehingga ia tau pencurinya. Bukahkah ini sudah menuduh, bukan lagi curiga? Tak ada gunanya menjelaskan karena boss ini sangat percaya pada asumsi-asumsi pribadinya.
Kalau kumau, aku bisa saja "terlihat jujur" didepannya dengan menyesuaikan laporan komputer dengan setoran keuanganku, dengan begitu uangnya utuh seperti perhitungan. Tapi bukankah, jika seperti itu aku tidak lagi jujur, karena aku membohongi pelanggan?
Tak betah dituduh begitu, seperti biasa aku menulis semua unge-unegku, tapi beban ini rasanya tak berkurang. Akupun berlari pada al-Quran. Aku ingin petunjuk apa benar aku salah ya Allah? Apa aku memang begitu? Kebetulan surat terakhir yang kubaca kemarin adalah surah Ad-Dukhan, maka kubaca lanjutannya surah Al-Jatsiyah.
Seperti biasa juga aku terisak ditengah-tengah ayat. Dan tangisku reda pada surah selanjutnya, Al-Ahqaf. Usai membaca, kulihat artinya dan aku takjub bagaimana Allah menghiburku... ini adalah kutipan ayat yang kuanggap sebagai jawaban atas pengaduanku pada-Nya.
Sore setelah ini aku kembali dikejutkan dengan fakta yang tak kuduga.
Baca juga: Ingin Curhat? Menulislah dan Baca Al-Qur'an
Endingnya, laporan keuangan juga diklaim seringkali kurang. Ku jelaskan sebisaku tapi jawabanku tak pernah diperhitungkan. Saat yang paling menyesakkan adalah aku di"curigai" sebagai pencuri hilangnya uang-uang tersebut.
Yang membuatku tidak habis pikir adalah, ternyata perhitungan keuangan yang ia periksa adalah perhitungan komputer, singkatnya uang Rp 12.000 versi komputer, yang masuknya hanya Rp 9000 pada laporanku, dianggap hilang Rp 3000. Bayangkan jika banyak yang mengambil paket Rp 12.000 tersebut, banyak juga jumlah yang aku "curi". Ditambah lagi ia mengklaim punya indra keenam sehingga ia tau pencurinya. Bukahkah ini sudah menuduh, bukan lagi curiga? Tak ada gunanya menjelaskan karena boss ini sangat percaya pada asumsi-asumsi pribadinya.
Kalau kumau, aku bisa saja "terlihat jujur" didepannya dengan menyesuaikan laporan komputer dengan setoran keuanganku, dengan begitu uangnya utuh seperti perhitungan. Tapi bukankah, jika seperti itu aku tidak lagi jujur, karena aku membohongi pelanggan?
Tak betah dituduh begitu, seperti biasa aku menulis semua unge-unegku, tapi beban ini rasanya tak berkurang. Akupun berlari pada al-Quran. Aku ingin petunjuk apa benar aku salah ya Allah? Apa aku memang begitu? Kebetulan surat terakhir yang kubaca kemarin adalah surah Ad-Dukhan, maka kubaca lanjutannya surah Al-Jatsiyah.
Seperti biasa juga aku terisak ditengah-tengah ayat. Dan tangisku reda pada surah selanjutnya, Al-Ahqaf. Usai membaca, kulihat artinya dan aku takjub bagaimana Allah menghiburku... ini adalah kutipan ayat yang kuanggap sebagai jawaban atas pengaduanku pada-Nya.
- "Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa" (QS. Al-Jatsiyah:7) --> Masalahku adalah tentang kejujuran dan kebohongan.
- Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah:7) --> Aku menghindari sikap "terlihat jujur" untuk tetap teguh pada pendirianku.
- Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah:18) --> Bossku punya kepercyaan sangat tinggi pada asumsinya sendiri.
Sore setelah ini aku kembali dikejutkan dengan fakta yang tak kuduga.
Baca juga: Ingin Curhat? Menulislah dan Baca Al-Qur'an

