Langsung ke konten utama

ARTIKEL TOLERANSI TERHADAP PERAYAAN NATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM



Oleh :
Lailatul Jannah (1113053000097)
Manajemen Dakwah

ABSTRAK:
Islam sebagai agama penyempurna agama-agama sebelumnya tentu mengajarkan untuk bersikap toleran terhadap umat non-muslim, termasuk umat kristiani dalam perayaan natal. Toleransi dijunjung tinggi dalam ajaran islam. Namun, toleransi bukan berarti menyamakan atau menyederajatkan agama lain dengan islam, karena toleransi berbeda dengan sinkretis. Dalam hal ini, toleransi terhadap perayaan natal hanya sebatas pada membiarkan, mendiamkan dan menghargai umat kristiani, tidak termasuk di dalamnya ikut serta dalam perayaan atau memberi ucapan selamat.
Kata Kunci : Toleransi, Natal, Pespektif

PENDAHULUAN
Islam sebagai agama penutup dan penyempurna dari agama-agama terdahulu dan merupakan risalah terakhir yang ditujukan kepada jin dan manusia hingga akhir zaman, memiliki karakteristik yang unik yang menjadikannya senantiasa relevan pada setiap tempat dan zaman kepada seluruh umat manusia di atas bumi. Diantara karakteristik utama agama ini adalah toleransi dan kemudahan baik antar muslim maupun kepada non muslim dalam setiap sendi-sendi kehidupan mulai dari ibadah, interaksi sosial, akhlak dan adab.
Disamping itu, Indonesia sebagai salah satu Negara dengan muslim terbesar di dunia telah memiliki nilai-nilai toleransi antar umat beragama yang cukup tinggi. Bahkan, Indonesia menjadi contoh untuk Negara-negara yang belum mampu menghadapi perbedaan dalam ras, social maupun agama.
Namun, toleransi tersebut kemudian menjadi polemik ketika ulama islam memberikan batasan toleransi yang dilakukan muslim kepada nonmuslim. Hal ini terjadi karena toleransi kebablasan dan seakan bergeser makna dari arti harfiahnya. Rasulullah SAW telah memberi contoh dalam beberapa hadis tentang bagaimana toleransi yang sebenarnya dalam perspektif (sudut pandang) islam.

PENGERTIAN TOLERANSI
Dalam Webster’s World Dictionary of American Language, kata “toleransi” secara etimologis berasal dari bahasa Latin, tolerare yang berarti “menahan, menanggung, membetahkan, membiarkan, dan tabah”.[1] Toleransi merupakan serapan dari bahasa inggris yaitu tolerance yang berarti sabar atau kelapangan dada atau dapat menerima sesuatu.[2] Dalam bahasa arab disebut Tasamuh, yaitu bersikap membiarkan atau lapang dada.[3]
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, toleransi adalah sifat atau sikap toleran, yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, misalnya toleransi agama (ideologi, ras, dan sebagainya).[4]
            Dengan menggunakan perspektif psikologi sosial, Yayah Khisbiyah menjelaskan, toleransi adalah kemampuan untuk menahankan hal-hal yang tidak kita setujui atau tidak kita sukai, dalam rangka membangun hubungan sosial yang lebih baik. Toleransi mensyaratkan adanya penerimaan dan penghargaan terhadap pandangan, keyakinan, nilai, serta praktik orang/kelompok lain yang berbeda dengan kita. Intoleransi adalah ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk bertoleran, muncul karena kita tidak bisa atau tidak mau menerima dan menghargai perbedaan. Intoleransi bisa terjadi pada tataran hubungan interpersonal, seperti hubungan antara kakak dan adik, orangtua dan anak, suami dan isteri, antarteman, atau antarkelompok, misalnya suku, agama, bangsa, dan ideologi.[5]

PERAYAAN NATAL
Natal yang diperingati setiap tanggal 25 desember dan diyakini sebagai hari kelahiran Yesus Kristus merupakan hari raya umat kristiani. Setiap Memasuki Bulan desember, nuansa natal mulai terasa. Mal-mal, berbagai pusat pembelanjaan, toko-toko dan kantor-kantor ramai dihiasi aksesoris Natal seperti pohon cemara berikut dengan lampu warna-wani yang identik dengan semarak Natal. Tak lupa acara perayaan natal bersama di gelar di berbagai kantor dan instansi.[6] Para karyawan muslim-pun juga tak luput dari atribut natal, seperti baju sinterklas dan sebagainya. Hal itu dilakukan dengan alasan sebagai wujud toleransi muslim yang notabene sebagai pemeluk agama mayoritas terhadap pemeluk agama Kristen.

TOLERANSI PERAYAAN NATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Islam tentu sangat menjunjung tinggi toleransi, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis :
أَحَبٌّ الدِّيْنِ إِلىَ اللهِ الحَنِيْفِيَّةُ السَّمْحَةُ
Artinya : “Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang lurus dan toleran”[7]
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini beliau berkata:
Hadis ini di riwayatkan oleh Al-Bukhary pada kitab Iman Bab Agama itu mudah didalam shahihnya secara Mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syarat-syarat hadis shahih menurut Imam al-Bukhary, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adab al-Mufrad  yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abbas dengan sanad yang hasan.[8]
            Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam berbagai aspek agama baik dari aspek Aqidah maupun Syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih dititik beratkan pada wilayah muamalah (interaksi sosial).[9]
            Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya yang lain:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى
Artinya : “Allah merahmati atau menyayangi seseorang yang toleran dalam menjual, membeli dan memutuskan perkara[10]
            Hadis ini menunjukkan bahwa toleransi dalam islam titik-beratnya hanya sebatas pada interaksi sosial dan tidak ada keterkaitan dengan hukum-hukum syariat.
Sebagaimana diketahui, Rasulullah SAW tidak hanya bertetangga dengan Muslim namun beliau juga bertetangga dengan non Muslim. Di sekitar Madinah kala itu ada orang Yahudi, Nasrani, dan lainnya. Mereka sama-sama mempunyai hak untuk dicintai, mereka juga punya hak untuk mendapatkan kedamaian. Rasulullah SAW bahkan juga mengadakan kontak dagang dengan non Muslim. Bahkan, menurut keterangan hadis lain, Rasulullah SAW sempat meminjam barang kepada seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.[11]
Toleransi yang dicontohkan oleh Rasulullah jelas hanya hanya sebatas interaksi sosial. Toleransi dalam islam tidak lantas bersifat sinkretis; yaitu bersifat mencari penyesuaian (keseimbangan) antara dua aliran (agama dan sebagainya).[12] Toleransi dalam islam bersifat membiarkan, dan menghargai pemeluk agama lain, bukan menyamakan atau menyederajatkan ajaran islam dengan ajaran agama lainnya, begitupun sebaliknya.
            Toleransi muslim terhadap perayaan natal sebagai hari kelahiran Yesus Kristus mengundang pro-kontra di kalangan ulama muslim sendiri. Ucapan natal, misalnya, meskipun merupakan suatu hal yang sederhana tapi di dalamnya ada makna terselip yang sangat prinsipil dalam persoalan akidah.
Natal diyakini sebagai  peringatan hari lahirnya Tuhan mereka, Yesus Kristus (Isa Al-Masih). Sedangkan, dalam islam, Isa Al-Masih adalah seorang Rasulullah utusan Allah yang di utus khusus untuk kaum Israel dalam menyampaikan ajaran-Nya.
Mengucapkan selamat natal ataupun melakukan perayaan lainnya, berarti secara tidak langsung mengakui kebenaran tentang ketuhanan Yesus Kristus dan mengakui tanggal 25 desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, padahal dalam sejarah Yesus (Isa Al-Masih) dilahirkan pada tanggal tersebut.[13]

Allah SWT befirman dalam al-Quran surat Al-Kafirun :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ()لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ()وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ()وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ()وَلاأَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ()لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ()
Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,  aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.  Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.
Surat al-kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum musyrikin Quarisy kepada Rasulullah Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Rasulullah Muhammad SAW agar mau sedikit toleran dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan menyembah Tuhan yang di sembah Rasulullah Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Rasulullah Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa yang mereka sembah.
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Ini berarti dalam situasi apapun dalam hal syariat, agama islam tidak bisa diseimbangkan atau disetarakan dengan agama lainnya. Karena dari sumber, ajaran dan asal-usul, islam tidaklah sama dengan agama lainnya.
            Toleransi terhadap perayaan Natal baik sekedar ucapan selamat natal ataupun mengikuti secara simbolik, tidak dibenarkan dalam islam. Rasulullah SAW dalam hadisnya hanya membenarkan toleransi yang bersifat membiarkan, lapang dada dan menghargai, bukan menyamakannya dengan ajaran islam. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dia anut.[14]
            Rasulullah SAW bersabda :
عن ابن عمر - رضي الله عنهما - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وعلى آله وسلم-: من تشبه بقوم فهو منهم أخرجه أبو داود وصححه ابن حبان.
Artinya: “Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa ‘ala aalihi wasallam bersabda:”Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
            Terdapat dalam banyak hadits, dimana Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menyelisihi dan berbeda dari orang kafir. Wujud sabda Rasulullah SAW فهو منهم adalah apabila seseorang menyerupai orang kafir maka dia bersama dengan mereka dalam kekafirannya. hadits ini hukumnya berlaku jika dia meniru mereka dalam seluruh perilaku mereka, atau meniru mereka dalam perkara-perkara yang menjadi kekhususan agama mereka yang menyebabkan seseorang keluar dari agama apabila menirunya.[15]
Adapun kalau dia menyerupai/meniru orang kafir dalam sebagian perkara yang menjadi kekhususan mereka, maka hukumnya tergantung pada bentuk perbuatannya, apabila itu sebuah kemaksiatan maka itu adalah maksiat, apabila itu adalah sebuah kekafiran maka dia kafir. Dan di dalam syariat Islam perkara-perkara ini memiliki tingkatan hukum yang berbeda-beda sesuai dengan bentuk tasyabuhnya dan hal-hal yang ditirunya.
Dan larangan tasyabbuh (Meniru-niru orang kafir) ini adalah bentuk penjagaan dan perlindungan terhadap kemurnian syariat, hal itu karena sumber keyakinan adalah dari hati, dan larangan tasyabuh ini memutuskan kecintaan antara seorang muslim dengan orang kafir.[16]
            Toleransi atau tasamuh dalam bahasa arab sangat berbeda pengertiannya dengan tasyabbuh. Toleransi yang berarti membiarkan, lapang dada dan menghargai, sedangkan tasyabbuh meniru-niru perbuatan.
            Disisi lain rumusan ajaran Islam dan Kristen tidak bisa disamakan. Rumusan kristenisasi menurut konsep Samuel Zwemmer (Ketua Asosiasi agen Yahudi), upaya pengkristenan di tempuh melalui dua cara, yaitu penghancuran dan pembinaan. Cara penghancuran adalah mengeluarkan orang islam dari agamanya. Walaupun dia menjadi atheis, yang penting keluar dari islam. Adapun cara pembinaan adalah dengan membina dan memasukkan orang islam ke dalam agama Kristen.[17]
            Tujuan misi yang dicanangkan oleh Samuel Zwemmer ada dua. Pertama, mengeluarkan Muslim dari agama Islam supaya tidak lagi berpikir mempertahankan agamanya. Kedua, berusaha agar kaum Muslimin tidak berbudi luhur (rusak akhlaknya) melalui pergaulan bebas, narkoba pornografi dan lain-lain.
            Perhatikan konsep Samuel Zwemmer yang dikemukakan pada konferensi Yerissalem tahun 1935 berikut ini: “Tujuan kita tidak secara langsung untuk mengkristenkan umat islam karena hal ini tidak akan sanggup kita laksanakan. Namun yag perlu diingat adalah menjauhkan kaum muslimin dari ajaran islam. Ini yang harus kita capai meskipun mereka tidak bergabung dengan kita (menjadi Kristen)…”[18]
            Sedangkan, dakwah islam tidak mengenal paksaan untuk beriman kepada Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat al-Baqarah :
لآإِكْرَاهَ فِيْ الدِّيْنِ
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama (Islam)…”
Rasulullah Saw tidak pernah melontarkan kata-kata kasar kepada para musuh beliau bahkan beliau senantiasa mendoakan agar Allah memberikan kepada mereka hidayah untuk beriman kepadaNya dan kepada rislah-Nya yang dibawah oleh Rasulullah Saw.
Melihat perbedaan yang begitu signifikan dalam cara penyampaian ajaran Islam maupun Kristen, tentu perlu di waspadai agar toleransi tidak diperalat sebagai sarana menyebarkan misi Kristen.

KESIMPULAN
Toleransi terhadap perayaan natal tentu saja dianjurkan dalam islam karena islam sebagai agama perdamaian menjunjung tinggi nilai-nilai itu. Namun toleransi dalam perspektif islam hanya sebatas pada interaksi sosial atau muamalah saja, tidak ada keterkaitan dengan hukum akidah ataupun syariat. Dengan kata lain, toleransi terhadap perayaan natal dalam perspektif islam hanya sebatas membiarkan, mendiamkan, dan meghargai umat kristiani yang merayakannya. Bukan lantas ikut-ikutan merayakan dengan memakai atribut sinterklas ataupun dengan mengucapkan selamat natal.
            Karena merayakan Natal berarti membenarkan makna yang tersirat di dalamnya, seperti mengakui ketuhanan Yesus Kristus dan konsep trinitas, serta membenarkan tanggal kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 25 Desember.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an al-Karim
Ajad Sudrajad dkk. 2009. Din Al-Islam (Yogyakarta : UNY Press)
al-Bukhary, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, al-Jami' al-Shahih. Cet. I; Kairo: Maktah as-Salafiyah, 1400 H.
M. Echol, Jhon dan Hassan Shadily, 2003.An English-Indonesian Dictinary (Kamus Inggris Indonesia). Cet. XXV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ibnu Majah, Muhammad bin yazid al-Qazwiny, Sunan Ibnu Majah. Cet. I; Riyadh, Makatah al-Ma'arif, T.Th.
Khisbiyah, Yayah. 2007. Menepis Prasangka, Memupuk Toleransi untuk Multikulturalisme: Dukungan dari Psikologi Sosial. Surakarta: PSB-PS UMS.

Tim FAKTA.2002. Senjata Menghadapi Pemurtadan berkedok Islam. Jakarta : Pustaka Kautsar
Warson Munawir, Ahmad. 1994.Kamus al-Munawir. Yogyakarta: PP. Krapyak.
W.J.S. Poerwadarminta. 2005. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumber Artikel :
Jurnal Agama dan Budaya, MIMBAR, Toleransi terhadap sekularisme dan Pluralisme, Hayati. Edisi  869 Tahun XIV, 24 Januari 2008.
Buletin Dakwah. AL-Islam,Toleransi yang Kebablasan. Hizbut Tahrir Indonesia, Edisi 735 Tahun XX, 19 Desember 2014


[1] M. Bahari, MA, Toleransi Beragama Mahasisw, (Cet. I; Jakarta: Maloho Jaya Abadi Press,2010). H. 50
[2] Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictinary (Kamus Inggris Indonesia), (Cet. XXV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 595.s
[3] Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawir. Yogyakarta: PP. Krapyak. 1994. hlm. 702..
[4] W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. hlm. 1204
[5] Yayah Khisbiyah. Menepis Prasangka, Memupuk Toleransi untuk Multikulturalisme: Dukungan dari Psikologi Sosial. Surakarta: PSB-PS UMS.2007. hlm. 4.
[6] Buletin Dakwah. AL-Islam,Hizbut Tahrir Indonesia, Edisi 735 Tahun XX, 19 Desember 2014, H. 1
[7] Hadis Ini diriwayatk oleh : Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary, al-Jami' al-Shahih,Kitab; Iman, Bab; Agama itu Mudah,  (Cet. I; Kairo: Maktah as-Salafiyah, 1400 H), Jld. I, h. 29
[8] Ibnu Hajar, Fath al-Bary, (Cet. I; Madinah al-Munawarah, 1417 H / 1996 M), Jld. II, h. 94
[9] http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/05/toleransi-dalam-perspektif-hadis-Rasulullah.html  (26 Desember 2014)
[10] Al-Bukhary, Al-Jami’- Al-Shahih., Kitab; Jual-Beli, Bab; Kemudahan dan toleransi dalam jual-beli dari riwayat Jabir bin Abdullah, Jld. II, h. 81
[12] W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. hlm. 957
[14] Ajad sudrajad dkk, Din Al-Islam, (UNY Press,2009)
[17] Tim FAKTA, Senjata Menghadapi Pemurtadan berkedok Islam, (Pustaka Kautsar:Jakarta,2002). Hal.3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAGU ANAK Terimakasih Tuhan (Joshua), Sirik (OST. Joshua Oh Joshua), Lihat Kebunku, Gembala Sapi

TerimaKasih Tuhan Voc: Joshua Suherman Terimakasih Tuhan, kuucapakan Atas bimbingan dan karuniamu Sehingga aku bisa menghadapi sgala cobaan Namun aku tetap ingat padamu...             Terimakasih ibu dan bapakku             Atas dorongan semangatmu             Sehinngga aku tetap bisa bersekolah             Walau rasanya sungguh susah Terimakasih juga guru-guruku Yang tak pernah lelah mengajariku Terimakasih juga teman-temanku Yang tak pernah henti menghiburku. Untuk Lirik Lagu dan download MP3 Original sountrack Joshua Oh Joshua Lainnya, klik, DISINI Lihat Kebunku Lihat Kebunku, penuh dengan bunga Ada yang putih dan ada yang merah Setiap hari ku siram semua Mawar melati semuanya indah.   ...

BIOGRAFI SINGKAT, PEMIKIRAN DAN KARYA KH. AHMAD DAHLAN

KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita pada zaman yang penuh berkah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini, baik dari segi material maupun spiritual, sehingga makalah ini da pat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.             Makalah dengan judul “Biografi, Pemikiran, Karya dan Gerakan KH. Ahmad Dahlan” ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian kompetensi dasar pembuatan makalah dan presentasi semester keempat pada mata kuliah Kepemimpinan Dakwah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai...

ORIGINAL SOUNTRACK JOSHUA OH JOSHUA LIRIK LAGU (DOWNLOAD JUGA MP3-NYA)

   SOUNDTRACK  Joshua Oh Joshua #1 Lagu Andai AKu jadi Kaya ( Joshua Suherman ft Mega Utami )                                       Andai aku jadi kaya Punya uang sejuta-juta Kan ku beli banyak gitar (untuk apa?) Kan ku sewakan pada pengamen-pengamen ANdai aku jadi kaya Punya uang sejuta-juta Kan ku ajak ayah dan Bunda (Kemana?) Kemana aja, namanya juga orang kaya… Duh.. enaknya jadi orang kaya Beli apa juga bisa Pergi kemana saja bisa (Bisa kaya gak kita ya?) Bisa….. Pasti bisa Asal kita rajin bekerja Bisa….. Pasti bisa Asal rajin menggapai cita Lagu Andai AKu jadi Kaya Andai aku jadi kaya Punya uang sejuta-juta Kan ku beli banyak gitar (untuk apa?) Tak sewa no pengamen-pengamen, Rek.. Untuk download lagu MP3-nya silahkan klik, DISINI ...

LATIHAN MAKHARIJUL HURUF, SIFAT DAN HUKUM-HUKUM HURUF HIJAIYAH

doc. Pribadi Idhar/ Jelas أَنِىأً مَئِىأً الْمُؤْنِ مِنَ أَاْنَ أَنِ أُوْ أَنْ أَاإِىْ أُوْ باَءْ 1 Iqlab/ Mengubah بَنِباً مَبِىباً الْمُبْنِ مِنَ بَبْنَ بَنِ بُوْ بَنْ بَابِىْ بُوْ بَبْ 2 Ikhfa’ A’la/ Aqrab تَنِتاً مَتِتاً الْمُتْنِ مِنَ تَتْنَ تَنِ تُوْ تَنْ تَاتِىْ تُوْ بَتْ 3 Ikhfa’ Ausath ثَنِثاً مَثِثاً الْمُثْنِ مِنَ ثَثْنَ ثَنِ ثُوْ ثَنْ ثَاثِىْ ثُوْ بَثْ 4 Ikhfa’ Ausath جَنِجاً مَجِجاً الْمُجْنِ مِنَ جَجْنَ جَنِ جُوْجَنْ جَاجِىْ جُوْ بَجْ 5 Idhar/ Jelas حَنِحاً مَحِحاً الْمُحْنِ مِنَ حَحْنَ حَنِ حُوْ حَنْ حَاحِىْ حُوْ بَحْ 6 Idhar/ Jelas خَنِخاً مَخِخاً الْمُخْنِ مِنَ خَخْنَ خَنِ خُوْ خَنْ خَاخِى...

BEDA LINGSIR WENGI VERSI SUNAN KALIJAGA DAN FILM KUNTILANAK

Ada empat tipe orang, ketika bicara tentang lagu "Lingsir wengi". Tipe pertama yaitu orang yang sama sekali belum pernah mendengar dan baru saja tahu. Tipe kedua yaitu orang - orang yang bilang , " Belum perna h dengerin