PEMBAHASAN
A.
Unsur-Unsur Manajemen Tabligh
Dalam suatu aktivitas dakwah yang berupa ajakan, melahirkan suatu
proses penyampaian, paling tidak terdapat beberapa unsur yang harus ada. Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia unsur adalah bagian yang penting dalam sesuatu
hal.[1]
Sedangkan, manajemen tabligh itu sendiri berartian bagaimana mengelola,
melayani, dan bagaimana menjual dalam menyampaikan syariat islam.[2]
Unsur manajemen tabligh hampir sama dengan
unsur manajemen dakwah. Adapun unsur-unsur
manajemen terbagi menjadi 6 M yaitu : Man, Money,
Material, Market, Machine, dan Methode[3], sedangkan
unsur-unsur tabligh itu sendiri adalah : muballigh, dana,
materi, media/sarana, metode dan jama’ah.
Maka pemakalah
menyimpulkan bahwa unsur-unsur manajemen tabligh adalah sebagai berikut :
1.
Man
( Mubaligh/ Communicator)
Muballigh sebagai komunikator berperan menyampaikan idei-ide tertentu untuk
menuju kepada sasaran pokok, yaitu diterimanya ide-ide tersebut sehingga ada
perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap sikap-sikap tertentu. Dengan
demikian muballigh juga merupakan seorang pelaku utama untuk mempengaruhi
perubahan sikap dari komunikannya. Yang biasa dikenal dengan agent of social change.[4]
Mubaligh adalah pelaku tabligh (yang
menyampaikan) orang yang mengajak ke suatu tujuan dan berperan menyampaikan
risalah agama islam untuk menuju kepada sasaran pokok, yaitu diterimanya risalah
tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap
sikap-sikap tertentu. Pada prinsipnya semua umat islam berkewajiban untuk berdakwah
melakukan amr ma’ruf nahi munkar.
2.
Money
(dana)
Dana merupakan hal penting dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah agar lebih efektif dan efesien apa yang
disampaikan oleh seorang yang muballigh. Menurut pemakalah, jika tidak adanya dana
maka tabligh tidak akan sampai kepada jama’ah. Dalam majelis besar atau acara
tabligh akbar yang saat ini sedang ramai pasti membutuhkan dana untuk
tercapainya pengelolaan acara tabligh akbar atau majlis tersebut. Maka dari itu
dana atau money juga dibutuhkan dalam mengatur tabligh.
3.
Material
(materi/pesan)
Materi tidak lain adalah seluruh
ajaran-ajaran islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber
utama yang meliputi Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak dengan berbagai macam cabang
ilmu yang di peroleh darinya.[5] Pada dasarnya materi dakwah yang dikemukakan hendaknya didasarkan
pada kondisi dan situasi. Tidak berarti bahwa materi-materi yang diterangkan
kemudian itu tidak diperlukan tapi justru ajaran islam itu perlu dikemukakan
secara bertahap menurut tempat dan proporsinya masing-masing.
Menurut M.Munir dan Wahyu Ilaihi dalam buku Manajemen Dakwah, materi dakwah
dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu :
·
Masalah aqidah
·
Masalah syariah
·
Masalah muamalah
·
Masalah akhlak
4.
Machine
(media/sarana)
Maksud media disini adalah
alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan umat. Media
merupakan suatu unsur yang vital yang merupakan urat nadi dalam totalitas
dakwah. Dalam hubungan ini bisa juga disebut sebagai metode dakwah. Media yang
bisa digunakan antara lain; media cetak, media audio-visual, broadcasting,
film, internet dan lain sebagainya. Peranan media yaitu sebagai alat bantu sebagai penunjang
tercapainya tujuan dalam tabligh.
5.
Methode
(metode)
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu
cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai
dan menjelaskan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.[6] Metode
tabligh yaitu cara-cara penyampaian tabligh agar pesan yang disampaikan mudah
diterima.
6.
Market
(Jamaah/ Sasaran/ communican)
Objek tabligh atau jamaah yaitu
masyarakat sebagai penerima dakwah. Sasaran dakwah memiliki strata dan
tingkatan yang berbeda. Dalam hal ini hendaknya dai mubaligh memahami karakter
dan siapa yang diajak bicara, hal ini tentu penting agar pesan bisa diterima
dengan baik oleh jamaah.
Unsur manajemen dibagi menjadi dua bagian,
yaitu unsur utama dan unsur tambahan. Unsur utama pada manejemen yaitu
planning, organizing, actuating, dan controlling. Sedangkan unsur pendukung
dalam manajemen yaitu man, money, material, mechine, methode, dan market. Dalam
manajemen tabligh, unsur pendukung pada manajemen merupakan unsur dari
manajemen tersebut.
Untuk menghadapi keanekaragaman manusia, seorang mubaligh harus
memiliki berbagai kemahiran antara lain:
1.
Kemahiran
hubungan kerja dengan manusia (human relation skill).
2.
Kemahiran
administratif dan teknis (administrative and technical skill)
3.
Kemahiran
konseptual (conceptual skill)
B.
Pentingnya Manajemen Tabligh
Islam adalah agama yang mengandung ajaran lengkap dan sempurna.
Karena itulah, maka ia tidak dapat ditambah, bahkan sebaliknya dalam
pelaksanaannya sangat mungkin berkurang. Manajemen tabligh merupakan perwujudan
usaha optimal, terencana dengan baik dan
koordinasi untuk menekan kemungkinan berkurangnya nilai-nilai islam di
tengah kehidupan manusia.[7]
Dalam manajemen
tabligh tersebut akan ada fungsi-fungsi yaitu berupa:
1.
Planning
(menentukan hal apa yang harus dicapai)
2.
Organizing
(Hubungan kerjasama untuk mencapai tujuan)
3.
Actuating
(Merealisasikan keinginan organisasi)
4.
Controlling
(Upaya agar rencana sesuai dengan standar perencanaa sebelumnya)
a.
Planing (perencanaan) Tabligh
Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Dari pernecanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Secara alami, perencanaan itu merupakan
bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT, menciptakan
alam semesta dengan tujuan yang jelas. Karena perencanaan merupakan langkah
awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar
memperoleh hasil yang optimal. Dalam organisasi merencanakan disin menyangkut
merumuskan sasaran dan tujujan dan menyusun hirerarki lengkap rencana-rencana
untuk mengintregasikan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
b. Pelaksanaan (Acuanting)
Acuanting adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan manjerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi acuanting artinya
menggerakan orang-orang agar mau menggerakan orang-orang yang mau bekerja
dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama untuk mencapai tujuan.
Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tersebut mengambi
tindakan-tindakan kearah seperti : leadership (pimpinan), perintah komunikasi
dan conseling (nasihat). Pelaksaanaan fungsi acuanting merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Fungsi perencanaan dan perorganisasiaan lebih
banyak dengan hubungan dengan abstrak dan proses manajemen sedangkan fungsi
acuanting justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi.
c. Perorganisasian Tabligh
Perorganisasian adalah suatu proses pengelompokkan orang-orang,alay-alat,
tugas-tugas,tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu keasatuan dalam rangka
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Definisi tersebut menunjukan,
bahwa perorganisasian nerupakan langkah pertama kearah pelaksanaan rencana yang
telah tersusun sebelumnya. Dengan demikian adalah suatu hal yabg logis pula
apabila perorganisasian dalam sebuah kegiatan akan menghasilkan sebuah
organisasi yang dapat digerakkan berbagai suatu kesatuan yang kuat.
Perorganisasian atau al-thanzzim dalam pandangan islam
bukan semata-mata merupakan wadah, akan tetapi lebih menekankan bagaimana
pekerjaan dapat dilakukan secara rapi, teratur, dan sistematis. Pada proses
perorganisasian ini akan menghasilkan sebuah rumusan stuktur organisasi dan
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Jadi, yang ditonjolkan adalah
wewenang yang mengikuti tanggung jawab, bukan tanggung jawab yang mengikuti
wewenang.[9]
KESIMPULAN
Manajemen tabligh memiliki 6 unsur yaitu:
·
Muballigh
·
Dana
·
Materi
·
Media/Sarana
·
Metode
·
Jamaah.
Semua unsur-unsur diatas sangatlah penting dan berkaitan. Sebagai
umat islam dalam menyampaikan risalah Allah unsur-unsur diatas haruslah dikemas
dan dikelola secara baik sehingga hasil yang dicapai akan lebih efektif dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: 2005
M.Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana,
2006)
Samsul
Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah,2009
Wardhi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,
Jakarta: logos, 1997)
WJS.
Poerwodarminto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Hasta
http://noviatrywidyaningrum.blogspot.com/2012/04/manajemen-tabligh.html
[1]
WJS.
Poerwodarminto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Hasta, hlm.107
[2]
Samsul Munir
Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah,2009.hal. 228
[3] Samsul Munir
Amin, Rekontruksi Pemikran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008, hal.
26-29
[4]
Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: 2005, hal.57
[5]
Wardhi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,
Jakarta: logos, 1997) hal.33
[6]
M.Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana,
2006), hal.32
[7]
Samsul Munir
Amin, Op.cit. hal. 229
[8]
Samsul Munir
Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah,2009.hal. 231
[9]
http://noviatrywidyaningrum.blogspot.com/2012/04/manajemen-tabligh.html, dilihat pada 17 September
2014 pukul 10.43


Komentar
Posting Komentar