A.
PENGERTIAN BILANGAN DALAM AL-QUR’AN
Bilangan
adalah ruh dari matematika dan matematika merupakan bahasa murni ilmu pengetahuan (linguapura) dimana setiap bilangan memiliki
nilai yang disebut dengan angka. Tak ada satupun aspek kehidupan yang tidak
bersentuhan dengan angka. Dari pagi hingga malam, dari bayi hingga orang tua,
angka-angka bertebaran dihadapan manusia, melintas batas, tidak mengenal jenis
kelamin, bahasa, suku, budaya dan agama. Semua sepakat dan saling mengerti satu
sama lain apabila dihadapkan pada angka.
Allah menciptakan bilangan sebagai bahasa
universal yang dapat ditemui diseluruh ciptaanya yang dijabarkan dalam bentuk
satuan ukuran massa, volume, kecepatan dll. Bilangan juga digunakan oleh
manusia sejak dalam rahim ibu hingga ajal menjelang. Termasuk aspek ibadah
dalam Islam seperti bilangan raka’at shalat, persentase zakat, pembagian
warisan, bilangan zikir, jumplah hari puasa bahkan ibadah haji (lempar jumrah,
tawaf, sa’i, dsb).
Catatan
angka pertama kali ditemukan dari selembar tanah liat yang dibuat suku Sumeria yang tinggal didaerah mesopotamea sekitar tahun 3000 SM. Bangsa Mesir Kuno menulis angka-angka didaun lontar dibuat
dengan tulisan eoroblif yang dilambangkan garis lurus untuk satuan, lengkungan
keatas untuk puluhan, lengkungan setengah lingkaran menyamping (seperti
lingkaran obat nyamuk) untuk ratusan dan untuk jutaan dilambangkan dengan
simbol seorang laki-laki yang menaikan tangan. Sistem heoroblif ini kemudian
dikembangkan oleh bangsa Mesir menjadi sistem hieratik.
Dari
terbentuknya angka-angka, angka nol merupakan angka yang kemunculannya paling
belakangan dan pernah ditolak oleh kalangan Gereja Kristen. Ilmuan muslim yang paling berjasa
dalam memperkenalkan angka nol ini adalah al Khawarizme melalui karya monumentalnya yang
terkenal al jaber wal muqobalah (aljabar). Angka nol ini kemudian dibawa
keeropa oleh leonardo fi bonacci dalam karyanya liber abaci dan semakin dikenal
luas pada zaman renaisance dengan tokoh-tokohnya leonardo dafinci dan
renedescardes[1].
Dan bilangan dalam al-qur’an terdapat 30 macam
bilangan yang salah satunya terdapat pada QS.
Thaahaa ayat [20]:103)
يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا
“mereka berbisik-bisik di antara mereka: "Kamu
tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari)". (QS. Thaahaa [20]:103)
B.
MUKJIZAT AL-QUR’AN DARI SEGI BILANGAN
Adanya mukjizat angka-angka (I’jaz ‘Adadi)
dalam kitab suci Al-Qur’an telah terbukti dan telah diketahui secara luas oleh
umat Islam khususnya dan oleh dunia Ilmu
pengetahuan pada umumnya. Pengetahuan
tentang mukjizat angka-angka dalam Al-Qur’an semakin berkembang pada abad ke
19-20 ini. Penelitian tentang mukjizat angka-angka ini seakan-akan tak pernah
berhenti seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang amat pesat.
Didorong dan
dirangsang oleh studi Al-Qur’an, kaum muslimin memulai dengan pengetahuan
tentang bilangan dan ilmu hisab. Ilmu-ilmu ini menduduki tempat istimewa dalam
ilmu pengetahuan islam. Sumber studi matematika dan sumber ilmu pengetahuan dalam Islam, adalah konsep Tauhid, yaitu
Ke-Esaan Allah. Kecintaan kaum Muslimin kepada matematika lansung di kaitkan
dengan bilangan pokok dan keimanannya kepada Satu Tuhan (Tauhid). Peranan
bilangan sebagai simbol berperan amat besar sekali dalam studi matematika pada
masa permulaan sejarah Islam. Angka satu memegang peranan penting baik sebagai
permulaan maupun pada akhir studi dan menjadi perangsang kuat ataupun tujuan
akhir.
Mempelajari bilangan dan angka-angka mendapatkan dorongan kuat dari
Al-Qur’an yang membuka cakrawaala baru dalam bidang matematika. Dengan kata
lalin, tauhid adalah sumber ilmu pengetahuan karena semua ilmu pengetahuan
berkembang dari padanya dan memperkaya kehiduapan manusia[2].
Menjelang akhir abad ke 20
ini, tercatat sedikitnya ada tiga peneliti mukjizat angka-angka dalam Al-Qur’an
yang sangat terkenal berkat penemuan-penemuan mereka yang begitu menakjubkan.
Ketiga peneliti tersebut ialah :
1.
Rasyid
Khalifa yang menemukan adanya angka kunci 19 dalam sistem hitung Al-Qur’an.
Penemuan ini diawali dengan perhitungan huruf-huruf basmalah yang
huruf-hurufnya berjumlah 19 dan jumlah surat Al-Qur’an : 114 atau 19 x 6.
2.
Aburrazaq Naufal yang menemukan adanya
keseimbangan penulisan kata-kata yang
artinya berlawanan atau bersamaan. Beliau juga menemukan adanya penulisan
angka-angka dalam pecahan sampai 100.000
dalam Al-Qur’an yang tentunya ditulis bukan dalam bentuk angka tetapi dengan
huruf.
3.
Abu
Zahra Nadji dalam bukunya “Al-Qur’an dan
Rahasia Angka-angka” antara lain menulis penemuannya tentang jumlah kata Al-Barr (darat) sebanyak 12 kali
dan kata Al-Bahr (laut) sebanyak 40 kali. Perbandingan ke 2 kata ini dalam
jumlah penulisannya dalamAl-Qur’an (12;40) persis sama dengan perbandingan luas
darat dan laut di bumi[3].
C.
CONTOH AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG MENJELASKAN TENTANG BILANGAN
Berkat studi Al-Qur’an, kaum
muslimin mulai mempelajari ilmu pengetahuan tentang angka-angka dan bilangan yang berlanjut kepada ilmu
hitung hingga mencapai keberhasilan besar. Al-Qur’an menyebutkan tentang
angka-angka itu dalam berbagai konteks misalnya :
“ Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.
Kemudian Kami bangunkan mereka , agar Kami mengetahui manakah diantara kalian
kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung dalam berapa lamanya
mereka tinggal (dalam gua itu).” (18:11 - 12)
“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (16:18)
Penggunaan Angka hitungan juga disebutkan dalam hubungannya dengan
bentuk-bentuk peribadatan, seperti:
“ Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang
berbilang. Barang siapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua
hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menagguhkan (keberangkatannya
dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertaqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan
kepada-Nya.” (2: 230)
Dalam hubungannya dengan perintah tentang hukum perceraian adalah :
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang
kamu minta menyempurnakannya” (33 : 49).
D.
AL-QUR’AN DALAM NILAI BILANGAN
Al-Qur’an menyebut nilai bilangan dalam bentuk bilangan bulat dan pecahan.
Bilangan bulat yang disebut ini terdiri dari 30 bilangan yang terdiri dari 1
(wahiidun), 2 (istnaini), 3 (tsalasa), 4 (arba’un), 5 (khomsun), 6 (sittatun),
7 (sab’un), 8 (stamaaniah), 9 (tis’a), 10 (‘asarun), sampai 100.000 (miatin
alfin).
30 macam ayat yang menyebut bilangan antara lain :
1. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-qur’an yang kamu wahyukan
kepada hamba kami (muhammad), buatlah 1 surat saja yang semisal al-qur’an itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar. (QS. Al Baqarah [2]:23)
2. Dan bedzikirlah dengan menyebut Allah dalam beberapa hari yang berbilang.
Barang siapa yang ingin cepat berangkat dari mina sesudah 2 hari, maka tiada
dosa baginya al-Baqarah [2]:203)
3. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai 3 cabang, (QS. Al Mursalaat [77]:30)
4. Dan dia menciptakan dibumi ini gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia
memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya)
dalam 4 masa (QS Al-Fushshilat [41]:10)
5. Dan tiada pembicaraan antara 5 orang, melainkan dialah yang keenamnya (QS
Al Mujaadilah [58]:7)
6. Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam 6 masa, lalu dia bersemayam diatas ‘arsy. (QS Al A’raa)
7. Dialah Allah, yang menjadikan segala yang adaa dibumi untuk kamu dan dia
berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikannya 7 langit. (QS Al-Baqarah [2]:29)
8. Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru langit. Dan para hari itu 8 orang
malaikat menjunjung ‘arsyi tuhanmu fdi atas kepala mereka (QS Al-Haqqah [69]:17)
9. Dan adalah dikota itu, 9 orang laki-laki yang membuat kerusakan dimuka
bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. (QS An-Naml [27]:48)
10. Mereka berbisik-bisik diantara mereka: “kami tidak berdiam di bumi
melainkan 10 hanyalah hari”. (QS. Thaahaa [20]:103)
Selain 30 bilangan tersebut, ada juga 8
bilangan pecahan yaitu ½ 1/3 ¼ 1/5 1/6 1/8 1/10 dan 2/3, yang sebagian besar
terdapat didalam ayat-ayat yang berkaitan dengan pembagian harta warisan (surat
an-nisa). Salah satu bilangan yang paling dulu disebut dalam al-qur’an baik
bilangan bulat maupun bilangan pecahan berdasarkan urutan wahyu adalah
bilanagan ½ (nisfu) yang disebut disurat al-muzzammil ayat 3 yang berhubungan
dengan bangun diseperdua malam untuk melaksanakan shalat.
نِصْفَهُ
أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا
“Yaitu
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sendiri” (QS.
Al-Muzzammil [73]:3)
Sehingga total penyebutan bilangan berjumplah
:
30 bilangan bulat + 8 bilangan pecahan = 38 bilangan
atau 19x2[4].
No.
|
Surat
|
Ayat
|
Bilangan pecahan
|
Jumlah penyebutan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
|
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
8
34
73
73
73
73
|
237
11
11
11
11
12
12
12
12
12
25
176
176
41
45
3
20
20
20
|
½
½
2/3
1/3
1/6
½
1/3
¼
1/6
1/8
½
½
2/3
1/5
1/10
½
½
1/3
2/3
|
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
|
Bilangan dalam bahasa arab berasal dari kata
“adda” yang didalam al-quran disebut sebanyak 35 kali yang tersebar di 19 surat
dalam 29 ayat, yang memiliki makna bilangan dan perhitungan.
Penyebutan kata “adda” didalam ayat-ayat
Al-Qur’an, selain memiliki arti bilangan, juga merupakan bagian dari jaringan
sistem informasi yang saling mendukung ke 30 nilai bilangan, begitu juga dengan
penempatan kata didalam nomor surat dan nomor ayatnya.
Dari diagram tersebut dalam terlihat bahwa
salah satu deskripsi yang paling menonjol adalah dengan kemunculan bilangan 83
di beberapa tempat antara lain:
1. Kata “adda” disebut 35 kali, dimana bilangan 35 merupakan bilangan komposit
ke 23 sedangkan bilangan prima yang ke 23 adalah 83.
2. Penjumlahan seluruh nomer-nomer surat menghasilkan bilangan 779 yang
merupakan bilangan hasil perkalian 19x41. Dan penjumlahan seluruh nomer-nomer
ayat menghasilkan bilangan 1577 yang merupakan hasil perkalian antara 19x83
3. Kata adda disebut 35 kali didalam 29 ayat yang tersebar di 19 surat.
Penjumplahan 35+29+19=83.
4. Apakah sebuah kebetulan bahwa bilangan komposit yang ke 83 adalah 114?
Sebuah hal yang sangat luar biasa bahwa ternyata keberadaan kata adalah memberikan informasi tentang 114 surat dalam al-qur’an.
Tidak hanya itu saja. Dari 35 ayat yang memiliki kata
adda terdapat 5 ayat yang didalamnya juga terdapat “nilai dari bilangan”
Dalam kehidupan orang menghadapi himpunan barang-barang yang ia
perlu mengetahui cacahnya. Bilangan asli dipergunakan untuk menghitung cacah
itu: 1,2,3,4, … dan seterusnya, yang besarnya meningkat secara berurutan. Ia
mengasosiasikan tiap bilangan mulai yang terkecil secara berurutan besarnya
dengan barang yang dihitung; dan angka terbesar yang masih dapat kita pasangkan
dengan barang yang bersangkutan adalah cacah barang di dalam himpunan; misalnya
saja: a. bila terdapat dua himpunan barang yang sama yang cacahnya
masing-masing a dan b, maka orang dapat menanyakan berapa cacah barang dalam
kedua himpunan itu bersama-sama. Kita dapat memperolehnya dengan melanjutkan
pemasangan angka-angka yang lebih tinggi dari a dengan anggota-anggota dari
himpunan yang kedua sehingga semua barang terasosiasikan dengan angka. Cacah
seluruh barang dalam kedua himpunan itu ialah angka tertinggi yang berpasangan
dengan anggota himpunan kedua misalnya : s. Ia disebut jumlah dari cacah barang
di kedua himpunan. Di sini kita mengenal operasi matematik yang dinamakan
penjumlahan yaitu:
a +
b = s. secara riil andaikan a = 12 dan b = 7, maka s = 19. Penjumlahan bilangan
asli menghasilkan bilangan asli lagi; himpunan bilangan asli mampu menampung
operasi tersebut[1].
A. FENOMENA BILANGAN 19
Al-qur’an
banyak menyebut bilangan, yang salah satunya adalah bilangan 19. Bilangan ini
hanya disebut satu kali dan merupakan bilangan yang turun diawal-awal wahyu
serta satu-satunya bilangan yang disebut secara tegas dalam al-qur’an sebagai
bilangan ujian. Sebab turunya ayat mengenai bilangan ini berkaitan dengan
peristiwa adanya segolongan kaum yahudi yang bertanya kepada sahabat nabi
muhammad SAW tentang penjaga neraka. Ia kemudian bertanya kepada nabi muhammad
SAW dan turunlah surat al muddastir ayat 30 ketika itu juga, yang menegaskan
bahwa penjaga neraka berjumlah 19.
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ
“Di atasnya ada sembilan belas
(malaikat penjaga).” (QS. Al-Muddatstsir [74]:30)
Bilangan ini merupakan sebuah bilangan yang
merujuk kepada saqar yang sebagian besar diartikan sebagai salah satu nama
neraka, tempat orang-orang yang meragukan kebenaran al-qur’an dan menganggap
al-qur’an sebagai karangan manusia.
Alangkah menakjubkannya alquran dimana salah
satu keajaiban tersebut adalah dengan adanya formula pembagian bilangan 19 yang
tidak meninggalkan (tuhki) dan membiarkan (tadzar) bilangan lain. Dan kata
saqar itu sendiri itu diambil dari kata “saqara” yang diartikan sebagai terik
sengatan matahari atau besi panas yang digunakan mencap binatang. Atau dengan
kata lain adalah stempel. Sehingga makna lain dari pengertian kata saqar adalah
stempel allah diatasnya ada bilangan 19 yang tidak meninggalkan dan tidak
membiarkan tanpa sisa, sempurna. Dan bilangan 19 diatas saqar merupakan dzikra
lil bashar (peringatan untuk manusia)[2].
Bilangan 19 hanyalah salah satu bilangan yang
diciptakan-Nya dari ketakterhinggaan bilangan yang ada. Bilangan 19, menurut
al-qur’an adalah bilangan ujian untuk manusia seperti yang ditegaskan dalam
surat al muddastir ayat 31. Dan bilangan ini hayalah satu bilangan yang disebut
didalam al qur’an, yang ternyata memiliki hubungan erat dengan bilangan wahid
(satu).
Dari 30 bilangan yabg terdapat dalam
al-qur’an, bilangan 1 (wahiid) paling banyak disebut yaitu sebanyak 142 kali.
Sungguh bukan suatu kebetulan bahwa penyebutan kata Allah dalam al-qur’an
sebanyak 2698 kali merupakan perkalian antara 19x 142.
Bilangan satu yang disebut 12 kali terdiri
dari 7 kali dengan menggunakan kata ahad dan 68 kali dan 68 kali dengan kata
wahiid.
Dari 30 bilangan dalam al-qur’an, bilangan 19 adalah
bilangan yang disebut pertama kali dalam urutan kronologis surat, yaitu surat
al muddastir (74) ayat 30, yang dari 74 kata ahad, yang menggunakan kata dasar
ahadnya disebut sebanyak 30 kali surat.
DAFTAR PUSTAKA
Abah
Salma Alif Sampayya. 2007. Keseimbangan Matematika dalam Al-Qur’an. Jakarta.
Penerbit Republika
Baiquni,Achmad.
1996. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Jakarta. Dana Bhakti
Prima Yasa.
Masyhur,Kahar.
1992. Pokok-pokok Ulumul Qur’an. Jakarta. Rineka Cipta.
[Dikutip dari Anita Astuti]
[1] Achmad
baiquni, al-Qur’an dan ilmu pengetahuan kealaman. (Jakarta: dana bhakti
prima yasa,1996) hlm 21
[2]
Abah salma alif sampayya, keseimbangan matematika dalam al-qur’an, (Jakarta:penerbit
republika,2007),hlm 55
[1]
Abah salma alif sampayya, keseimbangan matematika dalam al-qur’an, (Jakarta:penerbit
republika,2007),hlm 29
[2]
Afzalul Rahman, Al-Qur’an sumber Ilmu pengetahuan, h.92
[3]
Rosman Lubis, Keajaiban Angka 11 dalam Al-Qur’an, h. 1
[4]
Abah salma alif sampayya, keseimbangan matematika dalam al-qur’an, (Jakarta:penerbit
republika,2007),hlm 69